Senin, 22 November 2010

tugas soall

1.      Jelaskan tentang kredibilitas, Profesionalisme, Kepercayaan dan Kualitas Jasa =>>
Ø  Kredibilitas
Kredibilitas adalah alasan yang masuk akal untuk bisa dipercayai. Seorang yang memiliki kredibilitas berarti dapat dipercayai, dalam arti kita bisa memercayai karakter dan kemampuannya. Sokrates mengatakan, "Kunci utama untuk kejayaan adalah membuat apa yang nampak dari diri kita menjadi kenyataan."  Kredibilitas adalah kualitas, kapabilitas, atau kekuatan untuk menimbulkan kepercayaan.
Kredibilitas terbentuk berdasarkan beberapa kejadian sehingga terakumulasi membentuk suatu rangkuman analisa terhadap diri seseorang atau individu. Kredibilitas ini tidak mengenal pangkat, jabatan, status seseorang dan lain sebagainya.
Ø  Profesionalisme
Profesionalisme adalah komitmen para profesional terhadap profesinya. Komitmen tersebut ditunjukkan dengan kebanggaan dirinya sebagai tenaga profesional, usaha terus-menerus untuk mengembangkan kemampuan profesional. “Profesionalisme” itu sendiri berasal dari kata “profesi”. Jadi, berbicara tentang profesionalisme tentu mengacu pada pengertian profesi, sebagai suatu bidang pekerjaan.

Ø  Kualitas Jasa
Pengertian Kualitas Jasa menurut M. Arief (2005 :118) :  “Upaya pemenuhan kebutuhan dan keinginan pelanggan serta ketepatan  penyampaian utuk mengimbangi harapan konsumen.

Ø  Kepercayaan
Kepercayaan dalam bahasa inggrisnya dinamakan "trust or believe" ini merupakan suatu bentuk nyata dalam kehidupan dimana menjadi berharga dari intan berlian sekalipun. Agama pun mengajarkan pentingnya kepercayaan pada Tuhan Yang Maha Esa atau Allah SWT. Ini esensi penting dalam beragama karena tanpa ini maka keimanan seseorang diragukan. Orang yang tidak mempercayai Tuhan adalah atheis. Kepercayaan dalam bisnis sangat penting karena tanpa kepercayaan sulit bisnis dapat dijalankan dengan baik. Apabila ada seseorang datang kepada kita untuk meminjam sejumlah uang yang menutupi utang-utang bisnisnya lantas kita mempercayai begitu saja hanya dengan modal kepercayaan bahwa seseorang tersebut dapat mengembalikan uang kita dikemudian hari

2. Beberapa contoh penerapan moral dalam dunia bisnis sebagai berikut

Ø  Pariwisata merupakan salah satu penghasil devisa non migas terbesar di Indonesia. Dalam kegiatannya, pariwisata melibatkan banyak komponen yang saling berkaitan satu dengan yang lainnya, seperti:jasa pelayanan wisata, social, ekonomi, budaya, politik, keamanan, dan lingkungan. Aktvitas pariwisata secara tidak langsung melibatkan kehidupan social baik itu masyarakat sebagai pengunjung (visitor) dan wisatawan (tourist) maupun penyedia objek pariwisata dan penerima wisatawan. Hubungan social masyarakat ini sangat berpengaruh pada perkembangan kepariwisataan. Semakin erat dan harmonis hubungan antara wisatawan dengan masyarakat penerima di daerah tujuan wisatawan, maka semakin cepat perkembangan pariwisatanya. Dengan kegiatan ini masyarakat dapat berinteraksi dan bertransaksi dalam berbagai hal antara satu dengan yang lainnya sehingga terjalin hubungan yang sinergis dan saling meuntungkan antara wisatawan dan penerima wisatawan yang dapat meningkatkan perumbuhan ekonomi dan taraf hidup serta kesejahterahan masyarakat. Masyarakat penerima wisatawan dapat terlibat secara langsung dan aktif dalam dunia pariwisata misalnya sebagai karyawan sementara atau tetap di industri penyedia jasa pelayanan pariwisata seperti: biro perjalanan wisata (travel agency), hotel, villa, bungalow, restoran, transportasi dan lain sebagainya.
Karakter utama atau cirri khas pariwisata adalah perjalanan (travel) dari suatu tempat ke tempat lain. Perjalanan tersebut belum tentu dengan tujuan menginap, tetapi dilakukan untuk tujuan bersenang-senang, mencari hiburan, dan berekreasi. Perjalanan wisata tersebut akan mengakibatkan daerah tujuan wisata baik masyarakat maupun lingkungan terlibat secara langsung yang biasanya meningkatkan produktifitas dan pendapatan masyarakat local (host community).
Pariwisata adalah suatu ilmu yang memiliki dan memenuhi karakteristik sebagai suatu ilmu. Dalam kaitannya dengan pariwisata sebagai ilmu, dapat pula dilihat dari dua sudut pandang objek yaitu:sudut pandang terhadap sesuatu (objek forma) dan subtansi material (objek materi). Kajian ilmu pariwisata dapat dipandang dari materinya yaitu wisatawan dan objek wisata. Kedua objek dari pariwisata ini berkaitan dan berhubungan erat satu dengan yang lainnya. Secara lengkap dapat digambarkan bahwa ilmu pariwisata terdiri dari empat objek yaitu:wisatawan, objek wisata, pelayanan wisata, dan interaksi antara wisatawan dengan lingkungan objek wisata. Interaksi antara wisatawan, objek wisata dan pelayanan mrupak objek prima dari ilmu pariwisata.
Interaksi antara wisatawan dengan objek wisata yang merupakan objek forma dari ilmu pariwisata dapat dikaji lebih lanjut dengan lingkup kajian motif dan perilaku seperti: mengapa wisatawan mengunjungi objek wisata tersebut?, apa yang memotifasi wiasatawan untuk mengunjungi obvjek wisata tersebut?, dan apa yang dapat dilakukan di objek wisata tersebut?.Ini menandakan ilmu pariwisata harus meminjam pengetahuan ilmiah lain seperti ilmu psikologi atau ilmu-ilmu lain yang terkait dengan pembahasan tentang perilaku wisatawan tersebut diatas. Sedangkan objek wisata yang merupakan objek materi dari ilmu pariwisata ternyata juga melibatkan disiplin ilmu lainnya seperti: ekonomi, manajemen, pemasaran, geografi, konstruksi dan lain-lain.Uraian singkat diatas menguatkan bahwa pariwisata adalah ilmu. Ilmu kepariwisataan merupakan salah satu cabang dari ilmu-ilmu social yang bersifat deskriftif (descriptive), teoritis (theoretical), dan praktis (practical) yang mempelajari tentang gejala dan kaitan secara menyeluruh tentang motivasi berwisata, perjalanan wisatawan, dan interaksi-interaksinya yang berdampak pada kehidupan social, ekonomi, dan budaya masyarakat serta etika yang berkembang dalam ruang lingkup pariwisata.
Ø  Sejalan dengan berakhirnya pertemuan para pemimpin APEC di Osaka Jepang dan dengan diperjelasnya istilah untuk menjadikan Asia Pasifik ditahun 2000 menjadi daerah perdagangan yang bebas sehingga baik kita batas dunia akan semakin "kabur" (borderless) world. Hal ini jelas membuat semua kegiatan saling berpacu satu sama lain untuk mendapatkan kesempatan (opportunity) dan keuntungan (profit). Kadang kala untuk mendapatkan kesempatan dan keuntungan tadi, memaksa orang untuk menghalalkan segala cara mengindahkan ada pihak yang dirugikan atau tidak.
Dengan kondisi seperti ini, pelaku bisnis kita jelas akan semakin berpacu dengan waktu serta negara-negara lainnya agar terwujud suatu tatanan perekonomian yang saling menguntungkan. Namun perlu kita pertanyakan apakah yang diharapkan oleh pemimpin APEC tersebut dapat terwujud manakala masih ada bisnis kita khususnya dan internasional umumnya dihinggapi kehendak saling "menindas" agar memperoleh tingkat keuntungan yang berlipat ganda. Inilah yang merupakan tantangan bagi etika bisnis kita.
Jika kita ingin mencapai target pada tahun 2000 an, ada saatnya dunia bisnis kita mampu menciptakan kegiatan bisnis yang bermoral dan beretika, yang terlihat perjalanan yang seiring dan saling membutuhkan antara golongan menengah kebawah dan pengusaha golongan keatas. Apakah hal ini dapat diwujudkan ?
Berbicara tentang moral sangat erat kaitannya dengan pembicaraan agama dan budaya, artinya kaidah-kaidah dari moral pelaku bisnis sangat dipengaruhi oleh ajaran serta budaya yang dimiliki oleh pelaku-pelaku bisnis sendiri. Setiap agama mengajarkan pada umatnya untuk memiliki moral yang terpuji, apakah itu dalam kegiatan mendapatkan keuntungan dalam ber-"bisnis". Jadi, moral sudah jelas merupakan suatu yang terpuji dan pasti memberikan dampak positif bagi kedua belah pihak. Umpamanya, dalam melakukan transaksi, jika dilakukan dengan jujur dan konsekwen, jelas kedua belah pihak akan merasa puas dan memperoleh kepercayaan satu sama lain, yang pada akhirnya akan terjalin kerja sama yang erat saling menguntungkan.
Moral dan bisnis perlu terus ada agar terdapat dunia bisnis yang benar-benar menjamin tingkat kepuasan, baik pada konsumen maupun produsen. Kenapa hal perlu ini dibicarakan?
Isu yang mencuat adalah semakin pesatnya perkembangan informasi tanpa diimbangi dengan dunia bisnis yang ber "moral", dunia ini akan menjadi suatu rimba modern yang di kuat menindas yang lemah sehingga apa yang diamanatkan UUD 1945, Pasal 33 dan GBHN untuk menciptakan keadilan dan pemerataan tidak akan pernah terwujud.
Moral lahir dari orang yang memiliki dan mengetahui ajaran agama dan budaya. Agama telah mengatur seseorang dalam melakukan hubungan dengan orang sehingga dapat dinyatakan bahwa orang yang mendasarkan bisnisnya pada agama akan memiliki moral yang terpuji dalam melakukan bisnis. Berdasarkan ini sebenarnya moral dalam berbisnis tidak akan bisa ditentukan dalam bentuk suatu peraturan (rule) yang ditetapkan oleh pihak-pihak tertentu. Moral harus tumbuh dari diri seseorang dengan pengetahuan ajaran agama yang dianut budaya dan dimiliki harus mampu diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.



3.Dalam menciptakan etika bisnis, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, antara lain ialah

1. Menerapkan konsep “pembangunan berkelanjutan"
    Dunia bisnis seharusnya tidak memikirkan keuntungan hanya pada saat sekarang, tetapi perlu memikirkan bagaimana dengan keadaan dimasa mendatang. Berdasarkan ini jelas pelaku bisnis dituntut tidak meng-"ekspoitasi" lingkungan dan keadaan saat sekarang semaksimal mungkin tanpa mempertimbangkan lingkungan dan keadaan dimasa datang walaupun saat sekarang merupakan kesempatan untuk memperoleh keuntungan besar.
2. Menghindari sifat 5K (Katabelece, Kongkalikong, Koneksi, Kolusi dan Komisi)
Jika pelaku bisnis sudah mampu menghindari sikap seperti ini, kita yakin tidak akan terjadi lagi apa yang dinamakan dengan korupsi, manipulasi dan segala bentuk permainan curang dalam dunia bisnis ataupun berbagai kasus yang mencemarkan nama bangsa dan negara.
3. Mampu menyatakan yang benar itu benar
Artinya, kalau pelaku bisnis itu memang tidak wajar untuk menerima kredit (sebagai contoh) karena persyaratan tidak bisa dipenuhi, jangan menggunakan "katabelece" dari "koneksi" serta melakukan "kongkalikong" dengan data yang salah. Juga jangan memaksa diri untuk mengadakan “kolusi" serta memberikan "komisi" kepada pihak yang terkait


Selasa, 09 November 2010

Etika, Etiket dan Hedonisme ....


Definisi  Etika menurut beberapa ahli sebagai berkut …..
Ø  Drs. O.P. Simorangkir : Etika atau etik sebagai pandangan manusia dalam berperilaku menurut ukuran dan nilai yang baik.
Ø  Drs. Sidi Gajalba : Etika adalah teori tentang tingkah laku perbuatan manusia dipandang dari segi baik dan buruk, sejauh yang dapat ditentukan oleh akal.
Ø  Drs. H. Burhanudin Salam : Etika adalah cabang filsafat yang berbicara mengenai nilai dan norma moral yang menentukan perilaku manusia dalam hidupnya.

Contoh etika dan penerapannya di masyarakat :
* harus berbicara sopan dan bertutur kata lembut kepada orang yang lebih tua
*selalu berkata jujur
*berpakaian sopan dan tidak seronok
*tidak membuang sampah sembarangan

Contoh Penerapan Etiket di masyarakat :
  • Tidak boleh Bersendawa ketika sesudah makan
  • Makan dengan menggunakan tangan kanan
  • Makan sambil menaruh kaki di atas meja dianggap melanggar etiket dila dilakukan bersama-sama orang lain
  • Misalnya dalam makan, etiketnya ialah orang tua didahulukan mengambil nasi, kalau sudah selesai tidak boleh mencuci tangan terlebih dahulu
  • Penipu misalnya tutur katanya lembut, memegang etiket namun menipu
  • Di Indonesia menyerahkan sesuatu harus dengan tangan kanan. Bila dilanggar dianggap melanggar etiket




Hedonisme
Hedonisme sebagai istilah yang menunjukan paham kesenangan berasal dari kata Hedone yang berarti kesenangan. Dalam kamus Bahasa Indonesia, Hedonisme berarti paham yang beranggapan bahwa kesenangan adalah yang paling benar di dunia ini.
Di dalam sejarah filsafat yunani kuno, tokoh filsuf yang pertama memperkenalkan Hedonisme adalah Democritus (400-370 SM), yang memandang kesenangan sebagai tujuan pokok di dalam hidup. Kendatipun yang dimaksud bukanlah hanya sekedar kesenangan fisik saja, melainkan kesenangna fisik sebagai alat perangsang bagi berkembangnya intelektual manusia. Epicurus (341-270 SM), sebagai tokoh masa Hellenisme, ia lebih mempunyai argumen yang lebih rinci mengenai Hedonisme. Baginya kesenangan tetap menjadi sumber norma, tetapi tidak sekedar meliputi kesenangan jasmaniah semata-mata, sebab kesenangan ini, terutama yang terlalu berlebihan akhirnya akan menimbulkan rasa sakit pula. Banyak makan enak terkadang akan menimbulkan sakit perut, begitu juga banyak melakukan hubungan seksual akan menyebabkan kelelahan yang luar biasa. Senang bagi Epicurus bermakan tidak adanya rasa sakit di dalam badan dan tidak adanya kesulitan kejiwaan. Sehingga puncak Hedone menurut Epicurus adalah ketenangan jiwa.
Hedonisme di Lingkungan Mahasiswa
Mahasiswa sebagai generasi calon penerus bangsa tentu sedikit banyak sangat di harapkan mampu memberikan yang terbaik untuk bangsa ini, lalu apa yang dapat diberikan oleh seorang mahasiswa apabila ia pun masih belum menyadari apa yang dilakukannya sehari-hari adalah salah satu permasalahan yang harus di tangani.
Di berbagai lingkungan mahasiswa di daerah, sering kita mendapat kabar, baik lewat televisi, koran, majalah dll, mahasiswa yang tertangkap sedang melakukan pesta miras, atau melakukan hubungan seksual. Sepertinya hubungan sek di lingkunngan mahasiswa sekarang ini merupakan sebuah hal yang biasa terjadi dan tidak perlu di permasalahkan. Ada beberapa kasus yang secara langsung maupun tidak langsung saya perhatikan, di suatu Universitas di daerah Jawa Barat, sering sekali saya mendengar peristiwa hamil di luar nikah yang hasil dari hubungan sek di lingkungan mahasiswa. Bahkan hubungan pribadi seperti pacaran rasanya tidak sah apabila hanya sekedar peluk-pelukan oleh karena itu hubungan sek hanya dianggap sebagai hal yang biasa di saat berhubungan pacaran. Ironisnya dalam suatu peristiwa yang secara langsung saya sendiri megetahuinya, seorang mahasiswa perempuan dan laki-laki berhubungan pacaran telah biasa melekukan hubungan sek seperti halnya seseorang yang telah bersuami istri, lebih parahnya lagi di saat hubungan pacaran itu berakhir tidak ada rasa penyesalan sama sekali di kedua belah pihak terutama dari pihak perempuan yang seharusnya merasa telah kehilangan kehormatanya bahkan pihak perempuannyalah yang mengakhiri hubungan pacaran tersebut tanpa mempertimbangkan apa yang telah terjadi di saat mereka berhubungan pacaran layakanya hubungan suami istri yang sah. Secara tidak langsung meskipun ini hanya sebagai satu contoh saja, kita bisa menyimpulkan bahwa ternyata hubungan sek di lingkungan mahasiswa merupakan hal yang biasa saja saat berhubungan pacaran.
Peristiwa hubungan sek diluar pernikahan baik di lingkungan mahasiswa ataupun bukan, semakin di dukung dengan banyaknya praktik dokter aborsi, yang mana apabila dari hubungan sek di liuar pernikahan tersebut menghasilkan seorang janin, dokter aborsilah datang seperti seorang malaikat yang akan memberikan sebuah pertolongan agar janin tersebut tidak sampai hidup di dunia ini, apabila janin tersebut memang tidak diharapkan untuk hadir dalam kehidupannya. Akhir-akhir ini kita di guncangkan dinegan berita telah di temukannya tempat praktik aborsi disebuah dareah di jakarta yang sudah praktik lebih dari 2 tahun, tentu dengan peristiwa tersebut kita dapat menganbil kesimpilan bahwa hubungan sek diluar nikah ini telah menjadi hal yang biasa, dan melakukan aborsi di saat dari hubungan sek tersebut menghasilkan janin maka itu menjadi pilihan yang terbaik tanpa memperdulikan resiko yang akan di dapat setelahnya.
Hubungan seks memang merupakan sebuah kesenagan, tetapi disaat hubungan tersebut di praktikan bukan pada waktu dan tempatnya akan berakibat sebuah rasa sakit yang sangat menyakitkan baik terhadap jasmani terutama rohani. Pemahaman kata Hedonisme atau kesenangan di saat ini jauh dari harapan yang di maksud oleh Epicurus, yang telah saya paparkan bahwa menurutnya kesenangan ialah ketenangan jiwa.
Hubungan sek, siapapun dan dimanapun manusia berada pasti ingin merasakannya, terkecuali ada hal-hal yang di luar kendali seperti halnya mempunyai gangguan kejiwaan dalam masalah sek, dan tentu itu sangat jarang sekali terjadi. Tetapi saat hubungan sek tersebut telah di praktikan bukan pada waktu dan tempatnya kebanyakan yang terjadi bukanlah kesenangan yang diharapkan yang akan datang tetapi masalahlah yang akan datang menghampiri. Dan ini telah keluar dari jalur paham Hedonisme yang ditawarkan oleh tokoh-tokoh filsuf yunani seperti Epicurus, karena saat hubungan sek yang tadinya diharapkan akan memberikan sebuah kesenangan tetapi akhirnya akan menimbulkan masalah yang akan menyebabkan tidak adanya ketengan jiwa ini telah keluar dari apa yang di maksud Epicurus yang mengharapkan dari kesenangan tersebut akan melahirkan ketenangan di dalam jiwa.
Hedonisme di lingkungan mahasiswa saat ini merupakan fenomena paham prilaku yang khas negara berkembang. Perilaku tanggung dalam menangkap modernitas sebagai nilai. Simbol modernitas ditangkap sebagai barang jadi dan tidak memahami proses yang tejadi yang mendahuluinya. Simbol-simbol lahiriah seperti arsitektur rumah, pusat-pusat perbelanjaan modern, tempat-tempat hiburan modern, makanan modern, tekhnologi modern, gaya hidup modern, itu harus meniru bangsa modern dan itu identik dengan dunia barat. Tentu saja, di sisi yang lain, apa saja yang berbau “tradisional” meskipun itu milik kita sendiri yang seharusnya menjadi sebuah kebanggan tersendiri bagi negeri kita ini dianggap ketinggalan jaman dan harus ditinggalkan, kalau bisa secepatnya dimusnahkan agar tidak ada lagi di negeri ini, hanya untuk sekedar mendapatkan sebutan sebagai negara yang modern.
Sesunggunhya persepsi tersebut, telah merusak di semua lapisan masyarakat tidak terkecuali lingkungan mahasiswa yang nota benenya seorang pelajar. Kasus yang terjadi seperti hubungan sek yang sudah dianggap sebagai hal yang biasa saat ini, kasus tersebut merupakan salah satu fenomena Hedonisme generasi muda dari sekian banyak yang lain yang terjadi di berbagai lapisan masyrakat. Keinginan yang berlebihan terhadap modernitas ini sepeti ingin memiliki barang-barang yang mewah, kehidupan dunia modern yang setiap sabtu malam datang untuk melaksanakan ibadah rutinan di bar-bar, diskotik dan sebagainya., itu dijadikan sebagai suatu kebutuhan yang dianggap sebagai suatu kewajiban yang harus dipenuhi dan kalau tidak terpenuhi maka mendapatkan dosa karena dianggap masih menjadi manusia tradisional atau mahasiswa tradisional yang kerjanya hanya belajar, membaca, diskusi, kajian dan sebagainya.
Secara realita maupun logika, untuk menghilangkan sama sekali dorongan pemuasan kebutuhan jasmani adalah tidak mungkin. Saya yakin dari kalangan lapisan masyarakat manupun apabila di berikan pertanyaan seperti demikian pasti akan menjawab pula seperti halnya yang telah di paparkan diatas yaitu tidak mungkin untuk dihilangkan sama sekali. Sebab jasmaniah pula merupakan landasan penting untuk kesempurnaan hidup manusia. Tetapi seperti halnya yang telah di katakan Democritus, kesenangna fisik (jasmani) sebagai alat perangsang bagi berkembangnya intelektual manusia. Dalam arti tidak semata-mata hanya kesenangan jasmani saja yang kita harapkan tetapi dari hasil kita menikmati kesenangan jasmani tersebut kita dapat menghasilkan yang lebih yakni ketenangan jiwa.
Salah satu solusi yang kiranya saya dapat tawarkan adalah, dengan cara menyaring terlebih dahulu segala sesuatu yang dikatakan bersifat modern yaitu dengan kita memahami modern itu sendiri dan menumbuhkan kembali hukum-hukum yang bersifat tradisional, sehingga kita bisa benar-benar mengerti dan dapat menilai antara segi baik dan buruknya yang akan timbul dari hal tersebut. Misalkan hubungan sek di luar pernikahan yang marak terjadi di indonesia ini umumnya, apabila kita dapat benar-benar bisa mengerti apa yang akan kita dapatkan dari sebuah hubungan sek di luar pernikahan terutama dikalangan mahasiswa terlebih apabila terjadi di lingkungan siswa SMA ataupun SMP. Hampir dapat dipastikan akan memberikan jawaban itu tidak dapat dibenarkan meskipun kita bertanya terhapa pelakunya sendiri. Hukum-hukum tradisional yang terkadang kita selalu melupakannya ternyata sangat memiliki arti yang sangat penting untuk mencegah gaya hidup Hedonisme yang berlebihan. Dalam hukum tradisional, kita telah mengetahui bahwa hubungan sek di luar pernikahan itu tidak dapat di benarkan apalagi di nilai dari sudut pandang agama, di dalam agama manapun sejauh yang saya ketahui tidak ada satupun agama yang dengan jelas memperbolehkan hubungan sek diluar pernikahan. Seandainya hukum tradisional seperti diatas bisa di terapkan oleh orang tua terutama sejak dini mungkin perilaku sek diluar hubungan pernikahan tersebut bisa di bendung.
Ada sebuah istilah yang menyatakan bahwa apabila kita ingin melihat masa depan maka lihatlah generasi mudanya. Sekarang apa yang kita bisa harapkan untuk masa depan jika sekarang kita melihat generasi muda kita sudah sangat sulit diharapkan termasuk mungkin saya sendiri sebagai penulis ini. Maka dari itu patut lah kita semua, merasa perlu untuk membangun sebuah masa depan yang cerah dengan cara kita membangun generasi muda terlebih dahulu yang mampu diharapkan untuk menciptakan masa depan yang cerah tersebut. Untuk menciptakan sebuah generasi muda yang mampu duharapkan untuk masa depan tentu itu memerlukan kerja keras dan kerja sama dari berbagai lapisan masyarakat, berbagai kalangan organisasi pemuda, organisasi mahasiswa, berbagai lembaga-lembaga swadaya masyarakat (LSM) dan tak terkecuali agama dan pemerintah. Semua harus bekerja sama walaupun itu terasa sulit untuk dilakukan tapi sekiranya masih ada jalan untuk menggapainya, kenapa tidak kita untuk mencobanya. Modernisasi memang sulit untuk kita bendung tetapi kita pun tidak harus berdiam saja menikmati itu semua. Tetapi kita harus bisa menggiring arus modernisasi tersebut agar dampak yang timbul tidak terlalu berakibat buruk bagi kita semua.
Mahasiswa sebagai generasi yang sedikit banyak sangat diharapkan untuk kemajuan masa depan bangsa, rasanya patut menjadikan dirinya sebagai penggerak untuk menghadapi arus modern ini.